PERSAINGAN
MINIMARKET MENGUBAH MASYARAKAT MENJADI KONSUMTIF
Di
susun oleh
Nama: Ahmad Azizul Hasyim
Mahasiswa : Universitas
Prof Dr Hamka (UHAMKA)
Dosen: Eko Digdoyo M,Si
Abstrak
Kebutuhan primer manusia
sekarang-sekarang ini semakin meningkat ditambah dengan pertumbuhan manusia
semakin tinggi, ini terbukti dengan maraknya persaingan tempat belanja atau
minimarket yang selalu ramai dan bertahan serta menghiasi tatakota di perkotaan
maupun di pedesaan. Indomaret dan Alfamart misalnya perusahaan minimarket
terbesar dan tersebar di indonesia ini sering kita temui bahkan kedua
perusahaan ini membuka toko berdekatan sehingga masyarakat merasa di mudahkan
dalam penuhi kebutuhanya, tetapi juga merasa menjadi konsumtif beli bukan
kebutuhan tapi hanya keinginan saja. Kenapa minimarket ini tetap bertahan walau
jarak toko alfamart dan indomart sangat dekat dan berhadap-hadapan, dan apa
alasan kedua perusahaan itu membuka toko berdekatan? Serta mengubah masyarakat
akan menjadi konsumtif?.
Kata
Kunci (keyword): Persaingan, Minimarket, dan Konsumtif
BAB I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang Masalah
Kebutuhan manusia, primer maupun sekunder harus terus di penuhi karena kebutuhan primer seperti makan dan minum senantiasi di butuhi oleh manusia. Permintaan akan kebutuhan makanan dan minuman semakin meningkat terbukti dengan adanya minimarket yang merajalela di daerah-daerah maupun di perkotaan, toko-toko tersebar di berbagai tempat dan jarak toko satu sama lain saling berdekatan dan bersaing. Misal, Indomaret dan Alfamart kedua perusahaan ini saling bersaing merebut hati para pelanggang untuk berbelanja di toko mereka dengan cara-cara marketing dari perusahaan tersebut. Promo yang dilakukan agar menarik pelanggang dengan cara diskon barang/produk seperti buy 1 get 2 or 3. Minimarket (toko kecil) tersebar luas ada yang sebagian tidak memiliki izin seperti di Jakarta Sebanyak 661 minimarket terancam ditutup. Sebab, minimarket tersebut disinyalir memiliki izin yang illegal setelah diterbitkannya Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 115 Tahun 2006 tanggal 13 November 2006 tentang Penundaan Perizinan minimarket di Provinsi DKI Jakarta. (sumber: http://www.republika.co.id/, 22/02/11), Maraknya minimarket karena tidak ada payung hukum yang mengatur perizinan dan keberadaan minimarket, tangerang misalnya Wakil Walikota (Wawalkot) Tangerang, Arief R Wismansyah menyatakan sejak Desember 2010 lalu Pemkot Tangerang telah mengusulkan rancangan peraturan daerah (Raperda) tentang Pasar termasuk di dalamnya mengatur beroperasinya pasar modern kepada DPRD Kota Tangerang tapi hingga kini masih dalam pembahasan. Jarak pusat perbelanjaan dan minimarket minimal 250 meter. ”Seharusnya jarak lokasi satu pasar minimarket dengan minimarket lainnya serta swalayan mempertimbangkan kepadatan penduduk” (sumber: http://www.indopos.co.id/, 10/04/12). Kehadiran minimarket di tengah-tengah penduduk membuat masyrakat menjadi konsumtif. Hal ini membuat kita bertanya-tanya walau perizinan masih dalam masalah serta jarak minimarket yang saling berhadap-hadapan, kenapa minimarket tersebut masih tetap bertahan walau persaingan semakin ketat?. Dari permasalahan di atas penulis ingin menjawab pertanyaan yang bisa memberi kemudahan dan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umunya.
1.2
Indentifikasi Masalah
berdasarkan latar
belakang masalah, masalah – masalah yang muncul dapat di identifikasi sebagai
berikut :
1.
Permasalahan maraknya persaingan minimarket di
tengah penduduk membuat tata kota semakin berantakan.
2.
Kehadiran minimarket
membuat masyarakat menjadi konsumtif.
1.3
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah yang diangkat dalam penelitian
ini adalah : “bagaimana persaingan minimarket membuat masyarakat menjadi
konsumtif?”
1.4
Tujuan Penulis
Untuk mengetahui persaingan
minimarket membuat masyarakat menjadi konsumtif.
1.5 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah
sebagai informasi bagi masyarakat Indonesia maupun pembaca termasuk didalamnya adalah para konsumen dan
pelanggang minimarket.
1.6
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam karya
tulis ini adalah metode kepustakaan yaitu, metode dengan mengambil data dari
bahan pustaka yang relevan dengan bahan penelitian. Selain itu metode yang
digunakan adalah metode observasi yaitu, metode dengan pengumpulan data dengan
menggunakan indra.
BAB II
PEMBAHASAN
Kebutuhan manusia dalam hal belanja
makanan maupun minuman sehari-hari, saat ini sangat mudah di dapat karena
banyaknya minimarket dan toko kecil yang berada di tengah-tengah penduduk.
Berbagai kebutuhan kini sudah dapat terpenuhi dari minuman berbagai merk dan
makanan segala jenis di tambah dengan promo-promo produk yang di tawarkan dari
perusahaan minimarket tersebut. Alfamart dan Indomaret misalnya mereka bersaing
dengan tawaran harga dan kenyamanan saat berbelanja serta potongan harga demi
menjaga pelanggan setianya agar tetap belanja di tempatnya. Masyarakat atau
konsumen pada umumnya di tawarkan dari kenyamanan hingga harga spesial oleh
kedua perusahaan ini, seolah-olah konsumen di paksa untuk berbelanja yang tidak
selalu atas kebutuhanya tetapi hanya keinginan saja.
Tampaknya keberadaan persaingan
minimarket di tengah-tengah penduduk, di rasa berhasil tidak hanya membikin
masyarakat bingung untuk memilih dimana konsumen harus belanja di antara
keduanya (alfamart dan Indomaret), tetapi juga berhasil membuat pola masyarakat
menjadi konsumtif. Terbukti keberadaan minimarket tersebut tetap bertahan dan
diminati banyak konsumen, penulis berpendapat Tim marketing dari kedua
perusahaan tersebut, sangat jelih dalam mengatur persainganya dan jarak
minimarket yang saling berhadap-hadapan, kedua perusahaan ini juga masih tetap
maju dan bertahan dalam bisnisninya.
Perilaku konsumtif di masyarakat
saat ini sangat sering kita temui di berbagai tempat perbelanjaan atau mall.
Masyarakat perkotaan biasanya kerap berperilaku konsumtif dimana sisi
geografis, perkembangan fashion dan teknologi sangat up date atau terbaru.
2.1
Dampak negatif dari perilaku
Konsumtif
Perilaku konsumtif adalah perilaku
yang suka membelanjakan uang dalam jumlah yang besar. Perilaku konsumtif
menimbulkan dampak positif dan dampak negative baik yang dirasakan oleh
konsumen itu sendiri maupun pihak lain.
a.
Dampak negatif
Dampak negative yang disebabkan oleh perilaku konsumtif
pemborosan, inflansi, dan timbulnya
kesenjangan social.
1.
Pemborosan
Seseorang yang memiliki perilaku konsumtif akan
bertindak boros. Misalnya, ketika berbelanja seseorang yang berperilaku
konsumtif akan lupa dengan kebutuhanya berbelanja yaitu untuk memenuhi
kebutuhan. Dengan melihat benda-benda bagus yang ditawarkan. Orang yang
berperilaku konsumtif akan tertarik untuk membelinya. Padahal mungkin ia sudah
memilikinya dan barang tersebut tidak sangat diperlukan. Perilaku demikian ini
disebut pemborosan. Padahal semestinya ia harus berbelanja kebutuhan yang lebih
berguna.
2.
Menimbulkan Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang secara
umum. Apabila masyarakat mempunyai perilaku konsumtif, permintaan barang dan
jasa akan naik. Meningkatnya permintaan barang dan jasa akan menyebabkan
harga-harga secara umum juga mengalami kenaikan, dengan demikian perilaku
konsumtif akan dapat menimbulkan inflasi.
3.
Menimbulkan kesenjangan social
Perilaku konsumtif yang dilakukan seseorang akan
menampakan kesenjangan social yang makin nyata pada masyarakat. Keluarga yang
berperilaku konsumtif akan cenderung berkehidupan mewah-mewahan sehingga akan
sangat menonjol di anatara keluarga lainya. akibat dari keadaan ini adalah
terjadinya kesenjangan social.
2.2
Dampak Positif dari perilaku
konsumtif
b.
Dampak positf
Selain memiliki dampak negative, perilaku konsumtif
juga memiliki dampak positif. Dampak positif itu di antara lain adalah:
memberikan kepuasan kepada konsumen, memberikan keuntungan yang lebih besar
kepada produsen, dan mempercepat roda perekonomian.
1.
Memberikan kepuasan kepada konsumen
Dengan membeli barang dan jasa apa pun yang diinginkan
=, seorang konsumen akan merasa kepuasanya lebih optimal.
2.
Memberikan keuntungan yang lebih besar kepada produsen
Perilaku konsumtif akan membuat barang-barang yang di
produksi oleh produsen terjual lebih banyak, sehingga produsen akan mendaptkan
keuntungan yang lebih besar.
3.
Mempercepat roda perekonomian
Perilaku konsumtif akan menyebabkan perputaran uang
menjadi lebih cepat, investadi menjadi lebih besar. Dengan demikian skala
nasional roda perekonomian akan menjadi lebih cepat.
Jadi, meskipun peranan konsumsi dalam kegiatan
perekonomian sangat penting, bukan bearti bahwa tindakan pemborosan itu dapat
dibenarkan. Kita harus dapat melakukan kegiatn konsumsi dengan wajar. Tindakan
konsumsi dikatakan wajar apabila penggunaan uang dilakukan secara selektif,
yaitu dengan menyusun prioritas kebutuhan manakah yang harus didahulukan.
BAB III
PENUTUPAN
3.1
Kesimpulan
Dari berbagai persoalan masyarakat
konsumtif saat ini, persoalan yang lebih yakni bagaimana kehadiran minimarket
bisa berguna bagi konsumen maupun produsen. Saling membutuhkan mungkin yang
lebih tepat dengan realita kehidupan antara konsumen dan produsen minimarket. Tentang
positif dan negatif perilaku konsumtif, semua hal apapun pasti ada dampak
positif maupun negative ada sebab dan akibat. Namun semua itu kembali kepada para konsumen yang menilai kehadiran minimarket
di tengah penduduk, sebagai salah satu kebutuhan konsumen atau sebagai sarana
menimbulkan sifat prilaku konsumtif saja.
3.2 Saran
1. Diharapkan kepada para produsen minimarket
untuk lebih pintar membuka atau menempatkan usahanya, jarak antara minimarket
satu dengan lainya, dan teratur. tidak
hanya memikir bisnis saja tetapi lebih kepada tataruang kota yang tidak
teratur, dengan saling berhadap-hadapan minimarket tersebut.
2. kepada pemerintah kota maupun kabupaten untuk
mengawasi dan mengatur payung hukum yang kuat terhadap minimarket. Penempatan
serta perizinan dan tidak ada lagi minimarket yang illegal, membuka izin usaha
tanpa perizinan.
3. kepada masyarakat umumnya dan pembaca artikel
saya, agar selalu bisa memanfaatkan kehadiran minimarket sebagai kebutuhan
saja, tidak mengubah perilaku masyarakat menjadi konsumtif.
DAFTAR PUSTAKA
Prishardoyo, Agus, dan Sodiqin, 2008. Pelajaran Ekonomi, Bandung; Grasindo.
Deliarnov, 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi, Bandung; Esis.
SUMBER LAIN